Kebudayaan menurut Koentjaraningrat ialah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan belajar (1990: 180). Proses kreatif manusia yang membentuk perilaku di tengah masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dalam jangka panjang akan membentuk masyarakat dalam kebudayaan kolektif. Bersinggungan dengan apa yang disebut Ki Hajar Dewantara dibentuk oleh zaman dan alam.
Gotong-royong, iuran, diskusi, belajar, praktik, kebiasaan, rutinitas, proses penciptaan nilai di tengah masyarakat akan menjadi budaya yang diakui dan dilakoni. Tradisi masyarakat yang akhirnya turun temurun menjadi system sosial dan diyakini berguna bagi kelangsungan hidup bersama. Payungi selama 5 tahun ini telah menjadi nilai hidup yang dipegang warga pedagang. Mulai dari Pesantren wirausaha, gotong royong sabtu pagi, sabtu sore dan minggu setelah gelaran. Sedekah makanan, Infaq ke Mushola, iuran dana sosial, iuran kambing untuk ulang tahun Payungi, kas pedagang, belajar media digital, berkesenian, dan lainnya.
Konsep belajar satu sama lain antar pedagang, interaksi guyub dengan pola pertemuan rutin menjadi budaya selama 5 tahun ini. Kemajuan teknologi juga diiringi dengan mengembalikan tradisi lama yang selama ini hilang yaitu gotong-royong. Kemajuan teknologi tidak menjadi alasan untuk tidak merawat hal-hal baik dimasa lalu. Kuliner, wastra, kerajinan, musik, dan lainnya terus dirawat dalam upaya merawat tradisi.
“Penganggapan ada dialektika Teknologi vs. Kebudayaan tidaklah betul. Kedua hal itu bukan tesis-antitesis, karena teknologi pun adalah bagian konstitutif dari kebudayaan. Ataukah di sini kebudayaan seperti salah kaprah ditafsir, diidentikkan dengan kesenian? Ujar Y.B. Mangunwijaya.
#PancaDaya #Pemberdayaan #5TahunPayungi #DesaDemos #Kebudayaan
Discussion about this post