Ketika perempuan bergerak kolektif, banyak sekali jejak yang bisa dilihat. Hasil karya tangan perempuan dari mulai kuliner, kain, perkakas, anyaman, menunjukkan perempuan punya jiwa seni yang tidak bisa dianggap sepele. Coba kita tengok kampung-kampung kerajinan, disana banyak perempuan secara kolektif tabah menjalani profesi dari waktu ke waktu, hari ke hari sampai bertahun-tahun membentuk sebuah kebudayaan.
Tangan-tangan terampil ini tidak lahir begitu saja. Ada orang-orang yang setia merawat nilai, meneruskan ke generasi selanjutnya dan sampai hari ini karya itu dapat kita lihat. Tanpa menegasikan peran laki-laki, karena saya percaya tentang kesalingan peran, perempuan yang mendapat izin dari suami begitu penting dalam menjalankan peran berkarya, dan tentu tidak hanya soal seni tapi meluas ke kepentingan ekonomi.
Beberapa hari lalu, emak-emak Payungi dan mahasiswa dimentori oleh Iqbal Ibek (Sketsa Lampung) melakukan praktik bersama membuat motif eco-Print di Payungi. Sebagian emak-emak menganggap ini bukan hal baru, tapi 4 tahun Payungi kami butuh banyak sekali kreativitas untuk menopang bahwa komunitas Payungi selalu percaya pengetahuan yang akan terus membawa kemajuan. Dengan berani mengembangkan hal-hal baru, Payungi akan semakin dinamis dan memiliki keragaman gerakan.
Setelah mendirikan Sekolah Seni Payungi, kami memiliki Tari Majongan (Manjau Mejong Mengan). Tari kreasi dibuat oleh Iqbal Ibek untuk menyambut tamu-tamu Payungi. Pameran lukisan sudah 3 kali digelar di Payungi dengan respon pengunjung yang cukup menggembirakan. Beberapa sekolah juga belajar tentang lukis pottery & sablon kaos. Yang tidak kalah menarik ada kuliner Bakso menggunakan mangkok batok kelapa yang diproduksi oleh Syukron Setiawan dengan bendera simple woods. Selain batok kelapa pemuda Syukron juga lihai membuat meja, kursi kayu, pigura, plakat untuk pembicara, Plakat Payungi Award, bingkai lukisan dan lainnya. Selain Syukron ada Mucklis juga juga terampil dalam kerajinan kayu.
Seni membawa kita ke pintu kemana saja. Angga Lowpop dalam perayaan 4 tahun Payungi membantu kami dalam desain Batik Payungi. Batik ciri khas kampung Payungi ini berkolaborasi dengan Kata Semesta Printing. Kami sudah memamerkan batik ini dalam Fashion Show Payungi yang diperagakan oleh para pedagang mayoritas perempuan. Kami yakin akan banyak ide yang muncul seiring bertambahnya usia Payungi, dan kami percaya dengan terus berkolaborasi dengan berbagai pihak, Payungi menjadi bagian dari gerakan kota ini yang semakin dinamis dengan hadirnya kampung-kampung kreatif. Perempuan, Seni dan ekologi adalah kesatuan yang sejatinya tidak bisa dipisahkan. Salam Payungi ☂️☂️☂️
Dharma Setyawan
Discussion about this post