Bagaimana nilai-nilai perjuangan Hifni Septina Carolina menjadi HSC (Help, Save & Care)? HSC sebagai gerakan mencoba mengembangkan metode dalam membangun hubungan dan pendampingan interpersonal. Kontribusi HSC dalam mendorong pribadi-pribadi berkarakter, menyentuh jiwa dan bergerak dengan hati dapat dirasakan dalam wadah Women & Environment Studies (WES) Payungi. Dwi Nugroho dalam salah satu Obituari Ambang Terakhir menyatakan,”Ia (Hifni) mendidik tanpa menggurui, menyadarkan tanpa merendahkan, dan memperjuangkan nilai dengan kelembutan yang kokoh.” Hifni memberi keteladanan bukan hanya nampak tapi juga berdampak.
Dwi melanjutkan,”Ia (Hifni) tidak bicara keras, bahkan lirih, penuh welas asih. Tidak pernah ada kalimat tendensius, tidak ada kata-kata yang menyudutkan, bahkan tidak ada kehendak atas angannya sendiri. Ia mengajak semuanya untuk setara.” Kutipan tersebut menunjukkan bahwa nilai HSC membangun karakter dengan pendekatan yang rendah hati, penuh welas asih, dan mengedepankan kesetaraan. Ia tidak memaksakan perubahan, melainkan menyediakan ruang agar orang lain bisa tumbuh dengan caranya sendiri. Ini adalah fondasi kuat untuk pembentukan karakter yang mandiri dan berkesadaran.
Kemampuan Hifni untuk membangun ruang yang melampaui sekadar hubungan interpersonal biasa terletak pada sikapnya sebagai pendengar yang baik. Ini terlihat jelas dalam,”Ia menempatkan diri sebagai pendengar yang baik dan sebagai lawan bicara yang senantiasa mampu memberi umpan balik. Ia hadir mendengarkan. Terkadang duduk di belakang, mengamati. Dalam diamnya Ia seperti memberi isyarat bahwa diskusinya sesuai dengan perspektifnya. Padahal, ia yang seharusnya duduk di depan, menyampaikan argumentasi, dan ide yang membangun.”
Sikap ini menunjukkan bahwa Hifni tidak sekadar berinteraksi, melainkan membangun koneksi yang mendalam. Ia mendengarkan bukan hanya untuk merespons, melainkan untuk memahami. Dalam diamnya, ia menciptakan ruang aman di mana orang merasa didengar dan dihargai, yang jauh melampaui obrolan permukaan.
WES Payungi & Pengkaderan Hati
Peran Hifni sebagai bagian dari WES Payungi dan cara kerjanya, yang dianalogikan sebagai metode HSC, dalam pengkaderan hati dapat ditarik dari beberapa poin;
Pertama, Hifni bukan hanya menjadi representasi seorang aktivis, bukan hanya perempuan yang kaya perspektif gendernya, tapi kawan sekaligus guru dalam kerja-kerja sunyi pemberdayaan. Kedua, Di dunia pemberdayaan, Hifni bukan hanya fasilitator atau penggerak, tapi juga kawan belajar yang sejajar, dengan akhlak yang senantiasa ditinggikan.
Ketiga, Hifni menghidupi nilai, bukan sekadar mengucapkannya. Ia memberi contoh, bukan memperbanyak cemooh. Ia tidak lari sendiri, tapi menggandeng siapa pun yang ingin tumbuh bersama. Keempat, sebagai Hifni mempraktikkan pengkaderan hati. Ini adalah proses yang tidak berfokus pada pelatihan teknis, melainkan pada penanaman nilai. Ia tidak memaksakan orang berubah, tetapi menggandeng siapa pun yang ingin tumbuh bersama. Hifni meyakini bahwa pengkaderan adalah sebuah proses bimbingan dari hati ke hati, bukan sekadar transfer ilmu. Ia mengajarkan nilai-nilai dengan memberi contoh, sebuah cara yang paling efektif untuk membentuk karakter dan akhlak.
Kemampuan menemani, mendengar, memeluk, memperhatikan, dan pendampingan interpersonal memberi pelajaran penting bagaimana pemberdayaan pada akhirnya harus melahirkan kader kader pergerakan. WES Payungi dan HSC Center punya fokus pada pendampingan interpersonal agar estafet pengkaderan berkelanjutan. Sebuah upaya untuk membangun hubungan layaknya keluarga pemberdayaan. Pendampingan interpersonal menjadikan kita optimis bahwa jalan pergerakan akan terus tumbuh dan tangguh.
Dharma Setyawan

Discussion about this post