Ada hal menarik analisis Simon Sinek tentang how great leaders inspire action? Why, how, what? Saya mulai percaya pada fase tertentu, kita semakin tidak membeli produk tapi membeli brand. Ada sejenis privilege saat kita dapat membeli barang bermerek, dan ini menarik jika produknya adalah konsumsi kita sehari-hari artinya bukan barang mewah. Ada banyak perusahan kalah bertarung padahal punya segudang fasilitas baik modal, SDM dan pangsa pasar. Ternyata fakta membuktikan ada yang gagal karena seolah 3 hal di atas adalah jawaban.
Simon memberi pengaruh positif pada kerewalanan, hukum sebaran inovasi dan kemampuan untuk membangun inisiatif secara kolektif. Di sini saya tertarik untuk membahas ruang komunitas yang sebenarnya tidak butuh hal-hal yang selama ini sering dianggap penting untuk membangun keberlanjutan. Mengapa inovasi penting? Bagaimana inovasi membangun jiwa atau ruang cantik performance komunitas? Bagaimana inovasi mempengaruhi militansi kerelawanan?
Minggu gelaran @payungi_ saya kedatangan tamu kepala kampung Setia Bumi kecamatan Seputih Banyak Lampung Tengah. Saya mendengarkan persis fakta apa yang disampaikan Simon dalam hukum sebaran inovasi. Kampung Setia Bumi termasuk punya modal untuk membangun bangunan pasar, ada Perangkat desa yang membuat program Badan Usaha Milik Kampung dan sudah dibangun pula pasar untuk membangkitkan ekonomi warga dengan potensi yang ada. Tapi sekali lagi hukum sebaran inovasi tidak muncul dari ruang fasilitas. Dalam skala pembangunan awal gerakan, Inovasi akan muncul atas keadaan-keadaan kekurangan. Sehingga inisiatif dan kegotong-royongan muncul.
Melupakan semangat inisiatif komunitas dan bergantung pada SDM birokrasi desa jelas tidak menjawab persoalan. Apalagi penggerak media tidak dibangun dengan jiwa seni. Beberapa pasar kreatif yang lahir dari proses mengesampingkan ide-ide kreatif sampai pada inovasi sosial maka akan sulit untuk berlanjut. Kita seperti ditantang untuk menciptakan rumah masa depan dengan nama baik gerakan sebagai brand jangka panjang. Kopi, sepatu, tas, jam tangan dengan brand terkenal jelas lebih penting dari persoalan produk itu sendiri. Tapi bagaimana orang dapat loyal pada suatu brand tertentu?
Komunitas dalam menciptakan brand memang bukan untuk tujuan individual. Ini seperti sebuah cara membeli kebahagiaan kolektif karena pertempuran ekonomi di luar sana sulit dijangkau. Social entrepreneurship adalah salah satu jalan komunitas agar tetap hidup dan lestari. Kita ingin ikut andil menyelesaikan persoalan pendidikan alternatif, kekerasan, ketimpangan sosial dengan jalan kolaborasi ekonomi komunitas. Jadi ekonomi memang bukan tujuan utama, ada banyak tujuan lagi dimana komunitas tetap hidup, saling asah, asih dan asuh. Memang sulit membangun sikap untuk percaya bahwa masalah disekitar kita, diselesaikan dengan cara-cara kolektif akan tuntas.
Tapi penjelasan Simon membuat saya percaya pada narasi, pada hati yang tulus, pada pribadi yang terus berinovasi, pembelajar pantang menyerah dan upaya menciptakan ruang positif agar orang sekitar terus berani membangun inovasi. Kita sejatinya tidak membangun kapital untuk individu, seharusnya kita memang harus berani bersikap bahwa ekonomi komunitas untuk kepentingan bersama. Bung Hatta berujar,”Demokrasi itu tidak melulu pada politik, melainkan juga Demokrasi ekonomi.”
Discussion about this post