Jika kita berjuang untuk nilai, maka nilai itulah yang mendorong banyak orang untuk hadir mencari. Upaya Menuju Tubaba diperjuangkan bukan karena kepentingan jangka pendek, tapi sebuah nilai untuk mengingat kembali dan berani pulang ke masa depan.
Nilai tidak lahir karena sensasi, ritual atau bahkan kerja-kerja serampangan. Nilai dibangun agar mereka yang mencari makna bertemu pada satu tubuh kebersamaan. Solidaritas yang melampui sekat-sekat kepentingan temporer. Karena perjuangan nilai, maka seharusnya tidak bisa diukur dengan apapun. Nilai diperjuangan dengan kesungguhan dan totalitas.
Nilai tidak hadir hanya untuk tontonan. Bukan karena ramai dan kasat mata bisa terlihat. Kemudian setelahnya ditinggalkan, tidak dijaga, dirawat dan dilestarikan. Nilai tentu dipahami, menjadi tuntunan, mengandung pertanyaan beruntun, menghadirkan alasan-alasan pasti bukan kalkulasi.
Nilai tidak datang untuk sekadar tampak. Apalagi muncul untuk hadir menjadi peng-ekor. Nilai yang dimaksud, harus memberi dampak bagi banyak komponen. Dampak untuk manusia saja akan menjadi naif, yang pasti dampak untuk merawat kelestarian.
Maka nilai adalah energi, sebuah kekuatan untuk terus bergerak. Proses interaksi, mendengar, belajar, praktik, pengalaman, kerjasama, sama kerja, kepekaan, kreatifitas, inovasi, kesabaran, tekun, dan semua kosa kata untuk terus menjaga energi. Energi ini akan menghasilkan arsitektur pemberdayaan bukan saja arsitektur bangunan. Bukan hanya fisik indah yang perlu dihadirkan, tapi energi manusia yang terus berproses menuju keberdayaan. []
Discussion about this post