Oleh: dr. Silfia Naharani Wahdi
Di balik hiruk pikuk pembangunan, selalu ada suara-suara muda yang membawa terang. Suara yang tak hanya lantang, tapi juga tulus. Dalam ruang-ruang diskusi komunitas, di antara meja-meja kecil dan cangkir-cangkir penuh semangat, aku pertama kali mengenal sosok itu: Hifni Septina Carolina.
Kala itu, aku adalah seorang dokter. Sibuk, tapi selalu punya ruang untuk menyimak dan merasakan denyut pemikiran anak-anak muda. Bersama suamiku, kami sering membersamai mereka, komunitas yang berwarna-warni. Komunitas Cangkir Hijau adalah salah satu yang paling membekas. Sebuah ruang literasi, tempat banyak gagasan tentang lingkungan, pendidikan, budaya, hingga kesejahteraan sosial dibahas dengan penuh keberanian dan cinta.
Hifni dan Darma, pasangan muda yang luar biasa, hadir dalam lingkaran itu. Di balik kelembutannya, Hifni memiliki semangat yang menyala. Ia bicara tentang perempuan dan anak, tentang keluarga dan pemberdayaan, tentang ekonomi kreatif, dan tentang bagaimana perubahan bisa dimulai dari hal-hal kecil.
Tahun-tahun berlalu. Tugas dan peranku bertambah, terlebih saat pundakku harus memanggul amanah sebagai istri pemimpin Kota Metro. Tapi langkahku tak sendiri. Ada anakku, seorang dokter muda yang juga ingin berbuat untuk kota ini. Bersamanya, aku kembali membuka lembar demi lembar cerita masa lalu, mengingat wajah-wajah yang dulu pernah bersuara lantang untuk perubahan.
Kami kembali menyapa sahabat lama. Dan di sana, Hifni dan Darma masih ada. Tak berubah. Tetap menjadi suluh bagi pemuda-pemudi Metro yang ingin bergerak bersama membangun kota. Pandemi COVID-19 menjadi ujian berat, tapi juga mempererat barisan kami. Di banyak diskusi, Hifni hadir dengan ide dan energi. Ia tak pernah setengah hati.
Salah satu karya bersama yang paling kami banggakan adalah Rumah Anak. Sebuah ruang aman dan inspiratif bagi anak-anak Kota Metro. Hifni bukan hanya bersama menginisiasi, ia juga yang kemudian melanjutkan dan merawatnya. Di sana, jejak perjuangannya akan terus hidup.
Hari ini, mengenang kepergianmu Mbak Hifni bukan sekadar mengenang seseorang yang telah tiada. Ini adalah tentang mengenang semangat, ketulusan, dan pengaruhmu yang begitu besar dalam setiap langkah kami. Jika ada sedikit keberhasilan dalam tugas dan peranku kala itu, percayalah kamu adalah salah satu penyumbang utamanya.
Anakku memanggilmu Kak Hifni. Aku menyebutmu Mbak Hifni. Tapi bagiku, kamu adalah adik, sahabat, dan bagian dari sejarah gerak perubahan kota ini.
Doaku menyertaimu. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu, menjadikan amalmu terus mengalir dari mereka yang pernah kau sentuh dan inspirasikan. Semoga husnul khotimah dan kelak kita bersua kembali dalam pelukan damai yang abadi.
Selamat jalan Mbak Hifni. Semangatmu insyaAllah akan terus terjaga

Discussion about this post