Selamat datang di Lampung, tuan rumah Kopi yang masyhur akan olahan bubuk kopinya. Rasanya, jika membahas Lampung, memori kita akan selalu melekat akan 2 hal yaitu Gajah dan Kopi Lampung.
Menjadi daerah dengan ciri khas kopi lokal membuat masyarakat Lampung sangat dekat dengan budaya ngopi. Mulai dari pedesaan di ujung Mesuji sana sampai kota besar seperti Bandar Lampung, dari pekerja kebun dan tani sampai eksekutif korporat dan aparat kedinasan sudah sangat familiar dengan secangkir kopi hangat untuk memulai aktifitas di pagi hari, atau teman menghabiskan waktu sore bersama keluarga dan rekan-sahabat di rumah. Sangking sudah menjadi sebuah budaya yang kental, jika kita berkunjung ke rumah seseorang, maka suguhan wajibnya adalah kopi hitam hangat untuk menemani obrolan.
Sedahsyat apapun gempuran tren kopi kekinian yang disediakan oleh kafe-kafe mewah yang ada di setiap ujung kota. Olahan kopi hitam tetap menjadi alternatif utama disamping kafe tongkrongan yang prestise. Tidak bisa dipungkiri bahwa ada value added yang bisa didapatkan dari kedai kopi kekinian yaitu sensasi meniktmati hidangan kopi dengan suasana mewah ruangan ber-AC, dekorasi dan interior yang futuristik artistik, dan yang paling penting adalah aspirasi fashion konsumen tersampaikan. Untuk nongkrong di kafe-kafe ini, kita perlu berkorban energi untuk mempersiapkan tampilan fashion yang menarik dan eye-catching agar hasil jepretan kita bersama teman-teman bisa jadi lebih instagramable.
Lalu, munculah Kampung Kopi di sebuah kota kecil bernama Metro. Sebuah Kampung yang didesain untuk menjadi destinasi wisata yang menyediakan ratusan menu olahan kopi. Mulai dari kelas seduh tubruk sampai kelas elit harga 2 digit ribuan keatas. Pengunjung diajak untuk memilih atas kecenderungan pribadi masing-masing mulai dari menu, tenant, bahkan sampai tempat duduk sendiri. Mereka bisa duduk bercengkerama dengan barista di meja bar dengan dengan kursi stool tinggi, atau bahkan gelar tikar di taman Kampung Kopi. Semua kelas masyarakat membaur disini, tidak lagi dibikin minder dengan display kedai yang ekskulif ber-AC.
Di Kampung Kopi Payungi, pengunjung bisa menikmati hidangan Cappucino dengan ditemani cemilan singkong goreng dari 2 pedagang yang berbeda, atau menyesap kopi tubruk hangat liwa harga 5 Ribu rupiah ditemani dengan hidangan spagheti. Kombinasi menu yang sangat apik hasil karya kolaborasi antar pedangan yang semangat membangun Kampung Kopi Payungi diatas landasan gotong royong. Bersama-sama memberikan karya dan pikiran terbaik untuk menjadikan Lampung sebagai juara kopi di rumahnya sendiri.
Dan jangan khawatir tidak dapat dokumentasi setelah selesai menikmati kopi disini, karena tempatnya Instagramable sekali dan bisa menghiasi tampilan post feedmu jadi lebih manis lagi. []
Discussion about this post