Kota yang digerakkan dengan gotong-royong komunitas punya tujuan untuk melayani dan keunikan cerita. Semakin modern kota dalam bentuk kemajuan pembangunan fisik, tidak menjamin apakah pelayanan semakin baik dan tata kota semakin indah. Komunitas harus terus percaya dengan gotong-royong keunikan, keramahan dan pelayanan terhadap warga kota atau luar kota semakin menarik perhatian.
Hasil obrolan ringan di sekitar Lamban Ugahari Payungi antara Roma Doni Yunanto , Dharma Setyawan dan Tyas kemudian berlanjut di Rumah Gudeg Bu Sundari , akhirnya sepakat untuk membangun gerakan Keliling Metro dengan tagline Family, Story & Culinary. Ada beberapa alasan penting kenapa Keliling Metro digerakkan. Pertama, Komunitas mobil tua yang terus menyusut, peningkatan jual beli mobil tua lampung dipesan oleh Jawa semakin meningkat menjadi faktor utama agar mobil tua Lampung terus bertahan dan mendapat ruang di tengah kota. Wisata sekitar kampung penyangga Borobudur yang terus meningkat jangan menghabiskan koleksi mobil tua di Lampung.
Kedua, banyaknya tumbuh kampung kreatif di Metro harus dibarengi dengan solidaritas antar gerakan warga. Payungi dengan trafik ribuan pengunjung ingin berbagi gerakan, sehingga tamu luar kota dapat difasilitasi untuk berkunjung ke kampung lain. Ikhtiar gerakan ini tentu butuh dukungan dari banyak pihak terutama kampung kreatif lain yang memunculkan keunikan tersendiri selain peran hotel, Perguruan Tinggi dan berbagai stakeholder lainnya.
Promosi video, foto dan tulisan di berbagai kanal media sosial akan bercerita tentang indahnya Metro. Komunitas yang saling menguatkan akan menambah kepercayaan publik bahwa kemajuan kota ada pada gerakan saling menjaga kepentingan ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan wisata secara kolektif. Memajukan kepentingan kapital untuk banyak orang, bukan hanya segelintir orang. Semakin banyak orang datang ke kota ini maka kota ini layak dirindukan dan pantas dicintai.
#KelilingMetro #KotaMetro #MetroBercerita
Discussion about this post