Placemaking menjadi tema penting dalam mempromosikan karya lokal. Upaya pemberdayaan ruang publik yang akarnya bottomup untuk mendorong jenama lokal. Konsep placemaking adalah bisnis, bukan sekadar idealisme. Keresahan terhadap eksistensi lokal, menjadi penyemangat dan penyelamat modal budaya dan modal sosial.
Placemaking dimulai tahun 1990-an dalam Project for Public Spaces, tetapi sudah mendapatkan daya tarik pada 1960-an, ketika Jane Jacobs dan William H. Whyte memperkenalkan ide-ide terobosan tentang merancang kota untuk orang-orang, bukan hanya kendaraan dan pusat perbelanjaan.
Jadi penguatan identitas lokal berbasis komunitas adalah penghargaan terhadap manusia dan lingkungan sekitar. Placemaking bertujuan mendukung pergerakan, memperluas jaringan, serta berbagi pengalaman dan sumber daya bagi placemakers.
Placemaking dibangun untuk menguatkan komunal bukan mendukung merek luar atau jenama asing. Gerakan komunitas Inklusif, saling melengkapi dan mendorong kolaborasi lokal. Placemaking bukan hanya kepentingan keilmuan arsitektur, tapi ada proses membangun story, history, public space, jenama (merek), narasi, soft power, membangun jiwa, dan dorongan ide yang diwujudkan bersama-sama.
Produk lokal menjadi kebanggaan kolektif komunitas karena menyangkut masa depan ekonomi dan ekosistem yang sustainable. Jadi proses placemaking bukan saja berebut ruang, tapi menggali value dan menemukan wisdom pada penciptaan ruang dan penguatan komunitas.
Placemaking yang menampung jenama lokal wajib didorong berintegrasi menguatkan ruang dan community. Terhubung untuk saling memberi energi satu sama lain. Keliling Metro dimaksudkan akan menjadi jaringan untuk menghubungkan kampung-kampung kreatif lainnya. Placemaking relevan untuk dikembangkan baik di kota atau di desa. Modal keragaman budaya dan gerakan sosial komunitas menjadi paling berharga untuk mengembangkan placemaking.
Discussion about this post