Sekiranya kita bukan sebagai pendakwah pemberdayaan, ketika disekitar kita ada seseorang yang sudah kita kenal selama ini atau mungkin saja belum kita kenal dengan ikhlas terjun sebagai pendakwah pemberdayaan apa dan bagaimana sikap kita, apakah kita ikut mendukung atau justru menolaknya. Kisah diatas menggambarkan pengelompokan atau polarisasi atas reaksi dakwah Rasulullah SAW di masyarakat Makkah, yang mungkin terjadi juga reaksi atas dakwah yang dilakukan oleh penggerak / pendakwah pemberdayaan.
Seandainya kita sebagai seorang istri, apa yang akan kita lakukan, apakah kita akan memposisikan diri sebagai orang yang mendukung sepenuhnya seperti Khadijah istri Rasulullah atau justru kita memposisikan diri sebagai orang yang menentang, lebih parahnya lagi justru menjadi provokatornya seperti istri Abu Lahab dan istri Abu Sufyan.
Apabila posisi kita sebagai keluarga yang memang sudah mengetahui secara detail dari bayi hingga dewasa nya terhadap seorang pendakwah pemberdayaan. Apakah kita akan memberikan dukungan dan perlindungan seperti Abu Tholib atau seperti Abu Lahab yang dengan terang terangan menentang dan membuat berita hoax yang penuh dengan fitnah dan kebencian.
Sebagai seorang sahabat atau teman yang memang selama ini sudah saling mengenal, apa sikap kita. Apakah akan memposisikan diri seperti Abu Bakar yang selalu mendukung dan membenarkan apa yang disampaikan atau justru seperti Abu Jahal yang terus menerus menentang dan mengintimidasi karena merasa terganggu eksistensinya.
Seandainya kita mempunyai power atau kekuatan dan keberanian terlepas kita sudah kenal atau belum. Apakah kita mau terbuka dan siap memback up dakwah tersebut seperti Umar bin Khattab ataukah justru dengan kekuatan yang kita punya untuk membungkam dan mengkriminalisasi nya hanya karena iming-iming duniawi sesaat.
Sebagai orang yang diberikan kelebihan harta kekayaan oleh Allah SWT dengan kata lain sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Apakah kita mau mendonasikan harta kita untuk membantu jalan dakwah tersebut seperti Utsman bin Affan atau justru untuk mendanai upaya penggembosan dan merintanginya dengan membayar buzzer 2 tukang fitnah.
Dan sebagai seorang pemuda yang mempunyai kemampuan kreatif, inovatif, keberanian dan kecakapan berdiplomasi. Siapkah kita mencontoh Ali bin Abi Thalib yang dengan sepenuh hati mendukung dakwah Rasulullah. Ataukah justru kita ikut ikutan memanfaatkan teknologi yang kita kuasai sebagai Tim influencer untuk menggerogoti eksistensi pendakwah pemberdayaan.
Seandainya kita mempunyai kemampuan untuk menyuarakan dan menginformasikan berita. Peran apa yang akan kita ambil, apakah seperti Bilal bin Rabah yang senantiasa memanggil dan menyuarakan untuk kebaikan dan kebenaran. Atau justru kita menjadi media yang menjadi corong untuk membungkam suara masyarakat yang menuntut keadilan.
Semua hal diatas mungkin saja terjadi dalam kehidupan kita yang bergerak di bidang dakwah pemberdayaan. Seperti yang kami alami dalam dakwah pemberdayaan di Payungi walaupun tidak seperti kisah diatas, namun pro dan kontra itu akan selalu ada. Maka kami menyadari bahwa dalam dakwah pemberdayaan memerlukan tim yang siap membantu dan dengan ikhlas bersama 2 dalam kesusahan. Kita sudah diberikan bekal akal dan agama oleh Allah SWT, peran apakah yang akan kita ambil, semuanya akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah SWT di hari kemudian. Wallahu a’lam bishawab.
Habis
Discussion about this post