Ramai merupakan harapan semua pihak terutama para pedagang, dengan ramainya pengunjung akan berdampak positif pada pendapatan pedagang yang juga akan berimbas pada perputaran uang di lingkungan Payungi.
Dalam kurun waktu 2.5 tahun ini memang omset dari semua pedagang fluktuatif, tapi kalau diambil rata 2 pada kondisi normal omset setiap gelaran mencapai 40 – 50 juta, uang yang cukup banyak dibawa oleh para pengunjung ke Pasar Yosomulyo Pelangi.
Ramainya pengunjung tidak terlepas dari upaya warga Payungi untuk selalu ramah sehingga pengunjung menjadi nyaman dan betah berlama-lama di Payungi.
Resik adalah gambaran dimana dampak dari kerumunan ataupun keramaian yang selalu adanya sampah yang berserakan apakah ada upaya untuk selalu menjaga kebersihan pra dan pasca gelaran.
Kami sangat prihatin melihat banyaknya tumpukan ataupun berserakannya sampah di tempat-tempat keramaian terutama pasar tradisional. Padahal kebersihan adalah salah satu indikator keimanan seseorang,
“Kebersihan adalah sebagian dari Iman”.
Kesadaran masyarakat pengunjung dan pedagang untuk menjaga kebersihan inilah yang menjadi konsentrasi kami, jangan sampai lalai dan abai terhadap hal ini.
Apalah artinya keramahan yang kita terapkan kepada pengunjung tapi tidak ramah terhadap lingkungan dengan membiarkan sampah berserakan.
Apalah manfaatnya adanya keramaian yang dapat meningkatkan ekonomi masyarakat tapi abai terhadap kebersihan.
Jadi kebersihan di lingkungan pasar Yosomulyo Pelangi menjadi tanggung jawab bersama baik itu pedagang, pengunjung dan pengurus agar tetap nyaman bagi pengunjung.
Pada pertemuan kedua pesantren wirausaha malam Kamis yang bertepatan dengan gerhana bulan tadi malam kami kembali mengulas dan menjelaskan tentang “MENJADI WARGA PAYUNGI”.
Sesuai dengan surat pernyataan yang ditulis oleh para pedagang Payungi dan ditandatangani diatas materai bahwa pedagang wajib mematuhi aturan yang berlaku, menjadi bagian dari proses transformasi mental dan mindset pedagang dari yang tadinya warga Pasar Yosomulyo Pelangi untuk berubah menjadi warga Payungi.
Memang perlu kesabaran untuk menjelaskan makna ini.
Ketika kami tanyakan kepada mereka apa perbedaan antara Pasar Yosomulyo Pelangi dengan Payungi, jawabannya rata 2 Payungi ya singkatan dari Pasar Yosomulyo Pelangi.
Jawaban ini memang tidak salah tapi belum sepenuhnya benar, kenapa ? Karena Payungi merupakan suatu nilai dimana warganya sudah betul-betul memahami, mengerti dan melaksanakan motto 3 R di atas dengan kesadaran yang tinggi tanpa harus selalu diingatkan kembali.
Kami mencontohkan kegiatan gotong royong di Payungi adalah suatu hal yang wajib dikerjakan oleh semua pedagang.
Apabila untuk bergotong royong saja masih harus nunggu disuruh maka dia belum menjadi warga Payungi, berarti masih menjadi warga pasar.
Demikian pula halnya dalam menjaga kebersihan, kalau ada sampah disekitar lapak dagangan nya dan yang bersangkutan tidak peduli dan membiarkan sampah itu tetap berserakan maka yang bersangkutan belum menjadi warga Payungi dengan kata lain masih menjadi warga pasar.
Ungkapan ini juga kami jadikan hukuman sosial bagi yang tidak ikut aturan.
Sekiranya dengan hukuman sosial ini yang bersangkutan masih tetap acuh bahkan mungkin emosional, sudah bisa diambil kesimpulan bahwa yang bersangkutan tidak bisa menjadi warga Payungi karena tidak ada komitmen untuk ramah.
Hal ini sengaja kami tulis agar semua pihak juga ikut memahami dan mematuhi, sehingga motto 3 R diatas dapat dirasakan baik oleh pedagang, relawan, pengurus dan pengunjung untuk mewujudkan “MENJADI WARGA PAYUNGI”.
Kampanye ini akan selalu dan selalu kami dengungkan karena merubah mindset tidak semudah membalikkan telapak tangan perlu kesabaran dan konsistensi serta komitmen bersama dari semua pihak. Dalam penyampaian tadi malam sedikit saya selipkan guyonan supaya ibu 2 tidak tegang terus.
Ada salah satu dari ibu 2 menanyakan pak kalau sudah berulang kali disampaikan tapi masih ada saja yang tidak ikut aturan untuk menjadi warga Payungi terus bagaimana? Saya jawab kalau memang demikian, berarti yang bersangkutan masih saudaranya Dora, kok Dora pak pada bertanya kembali, saya jawab yo kui dora mudeng. Terkekehlah 2 mak 2 Payungi.
Baca Sebelumnya:
Menjadi Warga Payungi (Part 1) – Payungi.org
Menjadi Warga Payungi (Part 2) – Payungi.org
Discussion about this post