Menuju 4 tahun Payungi, perempuan punya ruang spesial dalam gerakan pemberdayaan ekonomi. Ibu rumah tangga yang awalnya tidak yakin tentang rencana gelaran pasar minggu pagi, kini tumbuh menakjubkan dengan banyak kreativitas. Pengetahuan, spiritual, gotong royong, komitmen, kerja keras dan tentu banyak indikator yang membuat saya pribadi merasa beruntung belajar banyak dari pemberdayaan perempuan.
Beberapa point saya mencatat; pertama, perempuan lebih solid dan punya komitmen tinggi dari pada spesies laki-laki. Banyaknya jumlah gotong royong lebih bisa diandalkan perempuan dan jika ada pelanggaran mereka punya mekanisme “raja tega menghukum” jika ada perempuan lain tidak mentaati aturan yang sudah disepakati. Kedua, urusan dapur mengepul para perempuan akan mati-matian memperjuangkan. Jika ada pihak eksternal yang coba mengganggu gerakan perempuan, sepertinya akan menghadapi masalah panjang. Apalagi urusan Payungi ini bukan lagi sekadar menambah dapur mengepul, tapi menjadikan mereka semakin mandiri bahkan pendapatan sudah banyak melampaui laki-laki meskipun banyak juga yang kesalingan saling mambantu berjualan.
Ketiga, budaya belajar perempuan lebih militan. Secara subjektif saya pribadi, mungkin karena selama ini dalam sejarah, khususnya perempuan selalu dipinggirkan. Jadi budaya perempuan belajar dimana saja (sekolah, masyarakat dan dunia kerja) memberi fakta baru bahwa yang di perguruan tinggi jumlah perempuan mendominasi. Banyak sekali ruang pendidikan pemberdayaan yang Payungi University sediakan (Sekolah Desa, Sekolah Penggerak Perempuan, Sekolah Seni Payungi, Pesantren Wirausaha dan forum lainnya) hampir semua di dominasi oleh kaum perempuan.
Menuju ulang tahun ke 4 Payungi, kami ingin merayakan kemandirian perempuan Payungi dengan International Women Festival dengan tema “Eco-feminisme.” Tema ulang tahun ke 1 yaitu ramah, ramai & resik. Tema ke 2 “Dari Payungi Untuk Indonesia” dan ke 3 “Gotong Royong Untuk Negeri.” Perempuan dalam perjalanan Payungi adalah subjek, mereka adalah pelaku, tokoh utama, penggerak, dan sebuah bukti nyata perempuan ada dan berdaya. Meskipun di lain tempat ada banyak kasus, seperti kekerasan seksual terhadap perempuan di Perguruan Tinggi, di pesantren, di gereja, di sekolah, dan juga di tengah masyarakat.
Berdirinya Women & Environment Studies (WES) Payungi adalah komitmen kami di Payungi untuk mawas diri bahwa kami harus memberi tempat yang aman dan nyaman bagi semua gender terutama perempuan. Payungi berupaya memberikan tempat yang mulia bagi perempuan & anak. Jangan sampai ada kekerasan apalagi dari para penggerak internal. Di sinilah semakin relevan setiap pemberdayaan tidak boleh berhenti memberi energi pada pendidikan transformatif dengan wujud peningkatan kualitas SDM. Pendidikan pemberdayaan adalah kewajiban, bukan hanya daya ekonominya yang tumbuh, tapi daya spiritualitas dan daya pikir yang juga harus semakin baik.
International Women Festival (IWF) adalah gelaran 1 bulan dari tanggal 1-30 Oktober. Payungi punya kegiatan full 1 bulan dengan melibatkan banyak elemen. Dari mulai Sekolah Desa Payungi University, launching Buku WES, diskusi berseri perempuan, nobar film perempuan, Live YouTube tafsir quran dan hadist tema perempuan, pameran lukisan feminisme, lomba anak, fashion show, musik, tari, pidato kebudayaan dari Dr Mufliha Wijayati , dan yang menarik kami mencoba berjejaring dengan beberapa pegiat gender & feminisme di berbagai negara. Yang sudah bersedia yaitu Valeriana dari Colombia. Semoga sampai Oktober kami mendapat peluang kebaikan dari banyak tokoh nasional dan senior yang bersedia menemani perayaan kemandirian perempuan seperti Kiai Faqih Abdul Kodir , Buk Lies Marcoes , om Taufik Rinaldi Buk Linda Soedibyo Prof Ahmad Rizky Mardhatillah Umar Mas Muhammad Khoirul Huda Mas Wahyu Hidayat dan tokoh-tokoh senior lainnya. Salam hormat selalu dan berkah untuk semua. Salam Payungi. ☂️☂️☂️
Discussion about this post