5 tahun Payungi sebentar lagi. Nilai apa yang sudah dirasakan? Bagaimana menambah nilai agar terus dapat menjadi pedoman dalam melangkah ke depan? 1 Tahun Payungi kita merayakan dengan tema Ramah, Ramai & Resik. Sebuah langkah awal melihat lokasi Payungi penuh dengan lahan bambu tidak terurus, sampah berserakan dan tata ruang yang masih biasa saja.
2 Tahun Payungi keberanian menegaskan tema Payungi Untuk Indonesia. Bahwa dibanyak tempat ada orang-orang yang memiliki kesamaan berpikir dan bergerak. Merawat kolektifitas, mendorong solidaritas dan menjaga nyala aktivisme menjadi kebiasaan. 2 Tahun Payungi juga akhirnya kita mendirikan Payungi University sebagai cara menghadirkan pendidikan alternatif terutama Sekolah Desa.
3 Tahun Payungi mengambil tema Gotong Royong Untuk Negeri. Kami mulai punya tradisi Pidato Kebudayaan, Penghargaan Payungi Award, Tumpengan Warga, Lomba untuk warga, dan menjadikan Gotong-Royong sebagai nilai yang harus terus dijaga. Gotong-Royong menjadi modal utama Payungi sejak awal. Kesadaran untuk terus melakoni tindakan kecil sehingga membentuk tindakan besar. Ulang tahun ke 3 kami mendeklarasikan Women & Environment Studies (WES). Komunitas yang peduli pada perempuan dan Lingkungan Hidup.
4 Tahun Payungi kami mengambil tema Ecofeminisme. Menghadirkan perempuan sebagai bagian penting dari Payungi. Pedagang yang mayoritas adalah emak-emak hebat. Perempuan-perempuan mandiri yang telah menunjukkan kekuatan kolektifnya. 4 Tahun Payungi dirayakan dengan Pidato Kebudayaan, Payungi Award, Launching Sekolah Seni Payungi, Launching Batik Payungi sekaligus Fashion Show Emak-Emak, Bedah Buku, Mural, Lomba Memasak, Putar Film, Workshop Kriya, Tumpengan, dan Musik Gingsoul.
5 Tahun Payungi kami mengambil Tema PancaDaya. Kata Daya bagi Payungi adalah harapan, cita-cita, keinginan, dan entah kapan dapat benar-benar meraihnya. Bagi Payungi kata Daya menjadi magis, karena di dalamnya mengandung banyak nilai filosofi. Daya sebagai cara berpikir, Daya sebagai cara bergerak, Daya sebagai Karakter, Daya sebagai modal kita untuk membantu sesama manusia.
Pemberdayaan yang di dalamnya ada kata daya selama 5 tahun Payungi terus menjadi lokus. Bagaimana orang mau bergerak kreatif? Apa yang membuat orang bertahan untuk terus menjaga apa yang sudah dimulai? Di Sekolah Desa banyak sekali pengalaman yang kami dapatkan sebagai pengajar. Peserta dari berbagai desa, perguruan tinggi, komunitas, korporasi dan juga dari pemerintah memberi kami gambaran dinamika yang terjadi di tengah-tengah maju mundurnya gerakan pemberdayaan.
Isu tentang pendidikan pemberdayan, pariwisata, ekonomi kreatif, digitalisasi, pentahelix, creative-hub, placemaking, jenama lokal, dan persoalan-persoalan yang muncul setelahnya membuat kami terus berpikir bahwa selalu ada yang baru meskipun yang lama juga belum tuntas untuk diselesaikan. Pemberdayaan adalah fase sekaligus proses yang tidak pernah berakhir. Kami merumuskan ada 5 daya atau kami sebut PancaDaya yaitu P3K2.
*Pengetahuan, Gerakan tanpa pengetahuan cenderung agitasi. Maka pengetahuan menuntun kita berpikir ilmiah. Pendidikan transformatif dalam pemberdayaan mencerminkan pengetahuan sebagai faktor menuju keberdayaan.
Pergerakan, kita butuh SDM bukan hanya punya pengetahuan, tapi juga punya kemauan artinya dia sadar harus bergerak untuk melakukan perubahan. Mengorganisir masyarakat atau komunitas menumbuhkan militansi secara organik.
Pengorbanan, semua orang yang diajak akhirnya berkorban yaitu meluangkan waktu, tenaga, pikiran dan uang. Dengan berkorban maka mereka akan merasa memiliki, jika tidak berkorban mereka tidak punya rasa memiliki (handar beni.
Kebudayaan, Budaya sebagai tata nilai yang telah menjadi kesepakatan bersama di tengah-tengah masyarakat. Gotong royong, sopan santun, hasil cipta, karsa dan karya yang pada akhirnya mengangkat harkat martabat. Masyarakat berbudaya akan melahirkan sikap kreatif, inovatif dan berjiwa seni. Kebiasaan gotong-royong akan menjadi budaya.
Kesejahteraan, sebagian tujuan pemberdayaan adalah kesejahteraan. Bukan hanya secara material tapi juga spiritual. Kesejahteraan lebih jauh bukan pada manusia, tapi juga mengembalikan alam yang sejahtera, karena ada relasi setara untuk saling melindungi, merawat dan tidak merusak.
Discussion about this post