Ketika Pasar Yosomulyo Pelangi belum ada, kegiatan keagamaan di RW 07 Kelurahan Yosomulyo berjalan sebagaimana masyarakat pada umumnya. Ada pengajian ibu-ibu setiap ba’da Jum’at di musholla Sabilil Mustaqim, ada pengajian yasinan bapak 2 setiap malam Jum’at dan malam sabtu yang bergilir dari rumah ke rumah, ada TPA untuk anak 2 di musholla, kegiatan anak 2 Risma dll. Kegiatan seperti ini sudah berjalan bertahun tahun dari sebelum penulis tinggal di lingkungan itu pada tahun 2003 sampai tahun 2018, tidak banyak perubahan dan perkembangan alias stagnan. Penulis sudah mencoba untuk mengajak masyarakat memulai hal baru terkait bidang dakwah ini tapi apa daya belum signifikan perkembangan nya.
Di Awal April 2018 ibarat kejatuhan durian montong, ada warga baru yang tinggal disebelah rumah setelah bangunan rumahnya jadi. Saya sering bertandang ke rumahnya karena saya lebih dahulu tinggal disitu. Ngobrol ngalor ngidul, cerita kesana kemari tentang aktivitas, pekerjaan, pendidikan dan banyak juga berbicara tentang dakwah. Dari obrolan itu saya baru mengenal sosok pemuda kreatif Dharma Setyawan yang memang sudah menjadi aktivis semenjak masa sekolah dan kuliahnya. Salah satunya di tahun 2017 yang bersangkutan menjadi penggagas dan penggerak Ayo ke Dam Raman yang sempat viral dan booming karena saking banyaknya pengunjung. Beliau juga merupakan akademisi di IAIN Metro Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, dan mendapat tugas tambahan sebagai kaprodi Ekonomi Syariah.
Di hari 2 berikutnya obrolan berganti menjadi ajang diskusi walaupun tidak serius karena dilakukan sehabis shalat berjamaah di musholla, kadang di jalan depan rumah kadang diteras rumah sambil ngopi dan makan cemilan buatan istri. Banyak pemikiran 2 kami yang sama salah satunya adalah tentang pemberdayaan masyarakat, tapi tidak jarang juga berbeda pendapat kalau sudah masuk ranah politik, tapi Alhamdulillah tetap bisa memahami masing-masing dan saya merasakan mendapatkan energi tambahan. Salah satu ide awal adalah mencoba menggugah pandangan masyarakat sekitar tentang perubahan dengan mengecat warna warni rumah 2 warga oleh beberapa remaja musholla. Banyak warga yang bertanya 2 apa maksudnya bahkan ada yang menganggap kami sudah gila. Dari situ baru kami memulai penjelasan tentang makna perubahan pada pola pikir masyarakat dengan cara dibalik, bergerak dulu baru memberi penjelasan.
Hari berganti hari Minggu berganti Minggu gerakan kami terus berjalan bahkan lebih masif ketika mahasiswa beliau yang punya potensi melukis, bertukang dll dikoskan di rumah warga untuk membantu kegiatan kami. Dari yang tadinya cat warna warni di tembok rumah warga berkembang ke mural, gambar gambar 3 dimensi dll yang kemudian diunggah di media sosial. Mahasiswa beliau yang berjumlah ratusan diajak untuk foto bareng atau selfie kemudian diupload. Tak ayal dalam hitungan waktu yang tidak terlalu lama menjadi viral, banyak yang berkunjung untuk sekedar foto 2 lalu pergi. Melihat ramainya orang datang silih berganti apakah menjadikan kami puas, ternyata tidak, karena belum berdampak positif pada masyarakat. Diskusi berlanjut pada masalah ekonomi, beliau mencoba browsing model pasar tradisional yang.mungkin bisa dijadikan referensi dan diterapkan di masyarakat lingkungan. Ketemulah pasar kreatif dari warga yang sedang ramai dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun asing yaitu pasar Papringan di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Kami coba pelajari, analisa dan melihat lokasi lingkungan rumah yang kebetulan masih ada beberapa rumpun bambu punya warga.
Setelah mengerucut pada pasar tradisional yang kreatif kami mulai untuk sosialisasi ke warga terutama yang punya lahan. Secara personal maupun kolektif dalam kegiatan rapat dan arisan tingkat RT maupun RW terus kami tidak bosan untuk mensosialisasikan rencana pembuatan pasar tradisional tersebut. Penayangan video pasar Papringan adalah sebagai salah satu alat untuk sosialisasi karena bisa langsung di lihat dibanding dengan hanya sekedar metode ceramah. Ketika masyarakat sudah mulai memahami maka kami kumpulkan para tokoh dan masyarakat yang berminat untuk berdagang untuk membicarakan hal-hal yang perlu dipersiapkan. Kami inventarisir apa saja yang menjadi pertanyaan, keluhan dari para calon pedagang. Rata 2 berkisar pada masalah tidak adanya modal, banyak dikunjungi atau tidak, belum pernah berdagang, kalau tidak habis bagaimana dan masih banyak lagi.
Satu persatu kami urai permasalahan 2 tersebut, terkait dengan masalah modal kami melihat ada potensi tapi belum dikembangkan yaitu kas musholla. Di papan pengumuman musholla terpampang catatan kas setiap bulannya, mas Dharma menyampaikan kepada saya yang waktu itu menjadi ketua pengurus musholla sabilil Mustaqim supaya kas tersebut bisa lebih bermanfaat untuk masyarakat. Daripada hanya sekedar diumumkan dengan jumlah sekian juta tapi warga sekitar masih banyak yang masih terbelakang dari segi ekonomi. Beliau terus bercerita tentang masjid jogokariyan di Jogja yang berani meng nol kan rupiah saldo kasnya demi untuk membantu masyarakat sekitar. Saya pikir masuk akal juga, maka saya komunikasi dengan bendahara mushola untuk sebagian kas musholla kita pinjamkan ke warga yang akan ikut berdagang tapi terkendala modal. Nanti cara mengembalikannya dengan mengangsur setiap habis gelaran tanpa ada embel-embel bunga karena ini kas musholla. Alhamdulillah satu permasalahan selesai.
Terkait keraguan warga tentang banyak tidaknya pengunjung, mas Dharma sebagai dosen menyampaikan bahwa nanti mahasiswa IAIN akan dikerahkan dari sebelum pasar itu dilaunching untuk membantu segala persiapan termasuk memviralkan melalui media sosial dan juga pas hari H. Kenapa mahasiswa dan media sosial, zaman sekarang setiap mahasiswa pasti punya HP Android, kalau 1 mahasiswa punya teman di media sosial 10 orang misalnya, sementara mahasiswa IAIN khususnya prodi ESY ada 1000, sdh berapa yang bisa dijangkau. Alhamdulillah warga yakin dengan cara tersebut.
Adanya keluhan yang belum pernah berdagang jadi masih bingung dan takut mau jualan apa. Kami sampaikan bahwa pasti yang namanya ibu 2 pernah buat kue, entah itu dari singkong, apa dari jagung apa pisang apa beras dan masih banyak lagi, nah buat aja makanan 2 tradisional yang sudah pernah dibuat tersebut. Ada Lagi warga yang menyahut tapi kan selama ini hanya untuk konsumsi sendiri bukan untuk dijual. Kami jawab kue buatan njenengan enak gak dirasakan oleh njenengan atau anggota keluarga yang lain, dijawab enak. Ya sudah buat aja itu tinggal ditambah jumlahnya, kalau untuk konsumsi sendiri umpama buat sepuluh potong, sekarang coba ditambah menjadi 50 potong. Alhamdulillah warga tambah semangat.
Pertanyaan pedagang yang ini agak nyeleneh juga, kalau dagangan kami tidak habis bagaimana pak. Sebagai penggerak tidak boleh kehilangan cara untuk membuat warga yakin dan percaya dengan kita. Saya jawab untuk yang dagangan tidak habis silahkan nanti berhubungan dengan panitia insya Allah akan ada solusinya yaitu dibeli oleh panitia. Pikir kita, menjadi panitia kegiatan ini jangankan dapat untung, tekor malah sudah didepan mata, tapi kami pantang untuk mengungkapkan hal itu di depan warga.
Alhamdulillah pada hari H pasar Yosomulyo Pelangi dibuka secara resmi oleh Bapak Walikota Metro H. A. Pairin, Kementerian Pariwisata dan Genpi Lampung pada hari Ahad tanggal 28 Oktober 2018 bertepatan dengan hari sumpah pemuda dan ulang tahun pernikahan penulis yang ke 19, dikunjungi oleh banyak orang, dagangan banyak yang habis. Dijadwalkan gelaran pasar dari jam 06.00 s.d 11.00 WIB ternyata jam 08.00 WIB sdh laris manis. Keraguan dan ketakutan dari para pedagang yang diungkapkan Alhamdulillah bisa dilewati, hanya ada satu pedagang yang laporan kalau dagangannya tidak habis. Sesuai dengan jaminan kami bahwa dagangan yang tidak habis akan dibeli oleh panitia, setelah dihitung dibayarkan oleh penulis sebesar Rp. 25.000,-.
Kembali ke pokok bahasan diatas tentang dakwah, dakwah yang kita kenal selama ini ada dakwah bil lisan di antaranya ceramah, pengajian, ada dakwah bil hal yang langsung berhubungan dengan yang didakwahi, dakwah bil mal dengan harta bendanya dijalan Allah. Pemberdayaan menurut penulis merupakan dakwah yang mencakup semua model dakwah diatas, kenapa karena pemberdayaan memerlukan semuanya. Contoh dakwah bil lisan ceramah dengan mengundang mubaligh itu hanya sekali kegiatan selesai, dakwah bilhal mungkin bisa dilakukan beberapa kali kegiatan selesai karena lebih ke pendekatan fisik, dakwah bil mal juga bisa sekali atau beberapa kali tergantung dari apa dan bagaimana kegiatan itu dilaksanakan.
Tapi untuk pemberdayaan ini bukan hanya lisan, fisik, harta yang diperlukan, pikiran, perasaan, mental juga sangat dibutuhkan karena bukan hanya sekali atau beberapa kali, pemberdayaan membutuhkan semuanya itu menyatu dengan masyarakat yang didakwahi. Hujan panas, perbedaan pendapat, konflik antar sesama, dicurigai, diintimidasi adalah hal yang lumrah. Jadi dakwah dengan metode pemberdayaan ini memerlukan stamina yang kuat dan batin yang kokoh, niat yang ikhlas dan tidak mudah emosi. perlu kerjasama dan sinergi dengan banyak pihak. Dengan kata lain pemberdayaan masyarakat adalah jalan dakwah yang paripurna.
Dalam Al-Qur’an surat An Nahl ayat 125 Allah SWT berfirman :
“Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan Nya. Dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk”.
Alhamdulillah dengan adanya kegiatan ekonomi di pasar Yosomulyo Pelangi yang meningkat kan pendapatan warga kegiatan pengajian ibu-ibu khususnya dan keagamaan di lingkungan kami bisa lebih dinamis, semoga hal ini bisa bermanfaat bagi masyarakat lingkungan khususnya.
Aamiin ya rabbal’alamiin.
Wassalam
Discussion about this post