Pembangunan daerah menjadi aspek penting dalam mendorong kemajuan di masa depan. Sehingga, pembangunan harus mampu dikerjakan secara inklusif dan holistik. Artinya, pembangunan yang dilakukan tidak hanya terbatas pada ruang infrastruktur yang terlihat secara nyata, namun juga pada hal-hal yang bersifat non-materiil seperti pengetahuan, nilai/falsafah, mentalitas dan etika.
Kini, kita bisa melihat, setiap daerah kian genjar melakukan pembangunan infrastruktur. Gedung, jalan, jembatan dan waduk menjadi yang cukup signifikan dikerjakan. Apalagi pembangunan infrastruktur tersebut muncul sebagai indikator penanda bahwa sebuah daerah sedang bergerak. Di sisi lain, latahnya terhadap modernisasi pembangunan tanpa disadari terus mengikis nilai-nilai luhur kehidupan yang sejak dulu telah dipegang oleh para leluhur. Sikap latah dan terlalu gelap mata pada pembangunan modern inilah pada akhirnya menyerabut pondasi falsafah dasar kehidupan masyarakat lokal yang menjadi cikal bakal lahirnya peradaban di setiap daerah.
Namun, Tulang Bawang Barat menjadi salah satu daerah yang ‘enggan’ terjebak pada modernisasi pembangunan. Sebagai kabupaten yang baru berusia 13 tahun, Tulang Bawang Barat memilih untuk berupaya menanamkan nilai-nilai luhur dan lokalitas masyarakat Lampung di setiap sendi pembangunannya. Tidak hanya sebatas pada infrastruktur semata, namun pembangunan yang dikerjakan juga berfokus pada membangun kualitas masyarakatnya. Sebab, masyarakat merupakan asset vital yang harus terus diedukasi agar tumbuh pengetahuan, nilai, dan etikanya dalam berkehidupan.
Nenemo (Nemen, Nedes, Narimo) merupakan nilai yang dibangun dan dilekatkan kepada masyarakat Tubaba. Tidak hanya masyarakat yang tinggal di Tulang Bawang Barat saja yang bisa menjadi masyarakat Tubaba, siapapun dan dimanapun kita tinggal selagi memegang nilai tersebut, mereka berhak menjadi masyarakat Tubaba. Nenemo menjadi cermin karakter masyarakat Tubaba yang pekerja keras, konsisten dan ikhlas. Di mana kerja-kerja mereka dalam membangun karakter dirinya dan lingkungannya dilakukan penuh kesadaran, mengedepankan keseimbangan dan kesederhanaan.
Lahirnya Sekolah Seni Tubaba, Tubaba Cerdas, Tubaba Camp dan gerakan pedagogig lainnya yang digerakkan oleh Bapak Umar Ahmad bersama komunitas menjadi upaya menanamkan nilai Nenemo dalam diri masyarakat sejak dini. Langkah ini sekaligus menjadi upaya mengangkat kembali nilai-nilai/falsafah kehidupan masyarakat Lampung yang mulai terkikis. Di samping juga tetap melakukan pembangunan infrastruktur yang holistik, seperti Islamic Center, Relief Megou Pak, Rumah Baduy dan Las Sengok, supaya dapat mengakomodir kebutuhan masyarakat Tulang Bawang Barat.
Pembangunan yang dilakukan oleh kabupaten Tulang Bawang Barat menjadi contoh pembangunan daerah yang tidak hanya mengedepankan pada pembangunan infrastruktur, namun juga pada nilai-nilai/falsafah masyarakat lokal. Hadirnya perubahan dan munculnya modernisasi pembangunan mampu ditepis dengan melakukan pembangunan infrastruktur yang menonjolkan arsitektur lokal, memadukan unsur batu, kayu, tanah dan air yang lebih eco-friendly dan tidak lupa tetap mengangkat nilai-nilai lokalitas. Sehingga, masyarakat dapat tetap teguh mendekap erat falsafah hidupnya, mengajarkannya kepada para generasi muda, melestarikan budaya dan lingkungan serta semakin terbukanya harapan mengembalikan kemajuan di masa lalu.
Discussion about this post