28-30 Oktober 2024 Payungi merayakan usia 6 tahun. Menyala, Tenang & Romantis (Metro) adalah tema yang meneguhkan gerakan pemberdayaan Payungi sebagai gerakan kota. Kota kecil yang idenya terus menyala. Kota pendidikan yang terbuka kepada siapapun yang datang, dengan ide dan gagasan untuk memajukan kota.
Tenang adalah gambaran guyub. Suasana pedesaan, pertanian yang penting diselamatkan, dan konsep irigasi kolonial yang wajib untuk dirawat. Selama ada gotong-royong Metro akan tenang. Selama ada pertanian, Metro akan tenang. Kota yang masih merayakan ke-ndesoan dengan biaya hidup terjangkau.
Romantis adalah arah perjuangan pemberdayaan menghadirkan suasana romantis di setiap kampung-kampung kreatif. Tidak mudah, tapi harus dijalani dengan gembira. Mengelola pengetahuan, mentradisikan gerakan dan membiasakan pengorbanan. Sudut romantis akan membuat kota ini punya daya tarik tersendiri. Modal sumber daya manusia kreatif tentu yang paling mahal.
Payungi merayakan 6 tahun dengan seragam eco-print yang dibuat oleh penggiat Sekolah Seni Payungi sekaligus ketua Sketsa Lampung M Iqbal Saputra (Ibek). Setiap tahun emak-emak Payungi menabung untuk membuat seragam baru diantaranya; sorjan Jawa, batik khas Payungi, tapis Lampung, dan terbaru Eco-print.
Rentetan kegiatan ada diskusi Generasi Pesona Indonesia Lampung, Women & Environment Studies, Disabilitas Art Work, Lomba Melukis Soekarno, Sekolah Desa, Fashion Show, Lomba Nasi Goreng, kemudian puncak peringatan ada Tari Kecak Disabilitas, Pidato Kebudayaan Payungi: Tauhid Sosial dan Pendidikan Komunitas oleh Dr. Mukhtar Hadi, Payungi Award kepada Yunita Viriya 15 tahun aktif sebagai Penggerak Disabilitas dan hiburan musik Orkes Ba’da Isya’.
Ada banyak kemajuan yang kami rasakan di Payungi terutama peningkatan mental & spiritual. Banyak ide-ide baru muncul penanda bahwa Payungi tumbuh dengan keragaman gagasan. Hadirnya disabilitas membawa Payungi pada tantangan baru bagi gerakan pemberdayaan untuk memberi ruang aktualisasi bagi anak-anak istimewa ini. Payungi memberi ruang tumbuh bagi mereka dengan mengajari berbagai skill seperti Barista Rungu, Rempah Rungu, Perupa Rungu, dan ke depan Payungi berupaya memberi ruang lain seperti Pottery C. Palsy, Down Syndrom Painting, Disabilitas Intelektual Eco-Print, Musisi Netra, Pustakawan Autis, Daksa Wastra dan inovasi lainnya.
Hadirnya disabilitas membawa Payungi pada tantangan baru, apakah pemberdayaan mampu memberi energi pendampingan pada kelompok rentan? Apakah Payungi sanggup melayani, sebagaimana filosofi ambulan? Semahal apapun seseorang punya kendaraan pribadi seperti lamborghini dan Ferrari dengan harga miliaran, tetap berhenti di lampu merah. Namun mobil ambulan semurah apapun, akan terus melaju meskipun lampu merah karena ambulan digunakan untuk melayani orang lain.
Payungi ingin meniru filosofi ambulan agar terus melaju dan tidak berhenti. Pemberdayaan Payungi harus tumbuh untuk memberi manfaat bagi orang lain. Tujuan Payungi bukan hanya sekadar material tapi juga peningkatan mental dan spiritual para penggerak di dalamnya. Selama ada manusia yang mau mengelola pengetahuan, datang saat panggilan pergerakan dan selalu mentradisikan pengorbanan, maka Payungi telah membangun masyarakat ber-kebudayaan dan menumbuhkan kesejahteraan. Selamat ulang tahun ke 6 Payungi, Panjang Umur pemberdayaan.
Discussion about this post