Merupakan keberkahan bisa dijamu dan di-guide langsung oleh Bapak Umar, Bupati Tubaba. Tim Payungi pertama kali mengunjungi kediaman beliau, Rumah Baduy (lokasi 1). Saat awal masuk, kita menikmati pemandangan dengan konsep hijau, artistik, dan sederhana. Kami juga diajak home tour rumah beliau. Waw….bagus, ucap kami.
Acara penyambutan disuguhkan penampilan tari NeNeMo (Nemen, Nedes, Nerimo). Seperti judul tariannya, kostum maupun gerakannya kuat akan nilai dan filosofis sekali. Bapak Bupati menjelaskan konsep Menuju Tubaba, perjalanan pulang ke masa depan dengan menganut nilai NeNeMo yaitu Nemen (bekerja keras), Nedes (ulet, tahan banting) dan Nerimo (bersyukur). Tubaba mempunyai banyak program maupun gerakan seperti Tubaba Cerdas, Sekolah Seni Tubaba, Pasantri Tubaba dan Tubaba Camp. Upaya mengedukasi generasi tubaba mulai sejak dini.
Bapak Umar mengajak kami untuk berkunjung ke Politeknik (lokasi 2). Jauh dari bayangan bahwa kompleks kampus ini sangat instagramable. Kita bisa berswa-foto di rumah-rumah panggung yang estetik sekali. Ada ruang perpustakaan, mushola, ruang perkuliahan dan lain sebagainya.
Masih di lokasi yang berdekatan, kami diajak melihat Sekolah Seni Tubaba (Lokasi 3). Kami diperlihatkan sekretariat Tubaba Cerdas, Ruang Sekolah Seni Tubaba, Pameran seni lukis, Gedung seni keramik, dan bangunan cantik lainnya yang sayang jika dilewatkan. Saya berdecak kagum ketika Pak Bupati menyampaikan bahwa nilai yang dibangun dalam Menuju Tubaba adalah sederhana, setara dan lestari. Nilai yang lekat sekali dengan keadilan ekologis.
Kami mampir ke Berugo (Lokasi 4), bangunan yang merupakan cottage ini berdekatan dengan Masjid Islamic Center Tubaba. Berugo, berasal dari filosofi ayam hutan yang hidup secara komunal, namun tidak semua ayam berugo berkokok bersamaan. Hanya ada satu ayam berkokok, jika ayam tersebut mati maka akan digantikan ayam lain. Dimaknai bahwa dalam hidup, kita perlu menertibkan kepentingan bersama, memiliki kepatuhan dan kearifan serta menanamkan kebaikan.
Kami juga mengunjungi pasar Pulung Kencana (Lokasi 5). Konsep pasar tradisional namun juga kekinian. Bangunan tinggi dengan ruang sirkulasi udara yang baik, tata ruang yang artistik, dan juga ramah untuk pengunjung. Ketika kami tiba di lokasi memang pasar sudah sepi, namun jika padat orang pun, sepertinya pengunjung tidak akan berebut oksigen berlebihan, karena memang luas dan besar pasarnya.
Saat memasuki waktu sholat, kami diajak mampir di Masjid Mustaqim (Lokasi 6). Masjid di pinggir sungai yang sejuk ini, beralaskan kayu, dindingnya juga terbuat dari kayu yang penuh lubang-lubang sekaligus sebagai sirkulasi udara. Setiap tempat yang kami kunjungi di Tubaba ini selalu membuat kagum, desain bangunan yang tidak pernah gagal. Baik dari filosofi maupun wujudnya yang selalu apik.
Lagi-lagi kami dimanjakan oleh keindahan alam yang luar biasa. Tempat yang cocok sekali untuk melakukan kontemplasi yakni Lasengok (Lokasi 7). Ruang terbuka hijau dengan susunan batu membentuk rasi bintang Orion ini, membuat hati dan jiwa kami kegirangan kesana kemari.
Belum selesai sampai di situ, kami diajak menikmati sunset sore di kediaman saudara pak Umar (Lokasi . Dan ya, dari kesemua tempat yang kami kunjungi, unsur dominannya adalah batu, kayu, tanah dan air.
Desain yang ekologis, tata ruang yang teratur, bangunan yang ramah untuk makhluk hidup, kesadaran manusia akan kelestarian lingkungan, kebudayaan yang terus dilestarikan dan tumbuh, serta berbagai pelajaran berharga lainnya, merupakan keberkahan tim Payungi karena belajar dari Bupati Penggerak Tubaba. []
Discussion about this post