Ada yang mati tapi menang dan ada yang hidup tapi kalah
“Ada yang mati tapi menang dan ada yang hidup tapi kalah” kalimat sederhana yang saya ambil dari tulisan Mas Dharma tentang almarhumah isterinya Mbak Hifni Septina Carolina.
Meskipun sederhana, namun kalimat itu seketika menyentak dada saya ketika saya membacanya. Kemudian saya bertanya kepada diri ini, hidup saya ini apakah masih kalah? Dan apabila saya mati nanti, apakah saya bisa menang?.
Kalimat sederhana itu terus berputar-putar di otak saya, beberapa hari ini.
Bila saya sandarkan dalam konsep keislaman, kalimat sederhana itu sejalan dengan konsep jihad. Jihad sendiri adalah mati dalam keadaan syahid atau di jalan Allah SWT.
Semua umat Muslim pasti menginginkan mati syahid. Namun ada beberapa umat Muslim yang salah jalan.
Karena menurut ulama untuk berjihad di bumi pertiwi ini, tidak harus dengan jalan mengangkat pedang atau pertempuran fisik.
Di era dirham dan dinar yang hampir tergerus dengan kejayaan Bitcoin ini, ternyata seseorang yang meninggal saat menuntut ilmu, berdakwah, membantu orang lain, atau bahkan dalam kondisi menegakkan keadilan, bisa dianggap sebagai mati syahid.
Fix No debat! Almarhumah adalah seorang syahidah! Wanita yang meninggal karena berjihad di jalan Allah SWT.
Setahu saya, almarhumah selama hidupnya selalu mendedikasikan diri untuk kebermanfaatan. Di tengah kesibukannya menjadi seorang pengajar di UIN Jurai Siwo Lampung, ia juga masih mau bergerak di komunitas Payungi untuk memberi banyak kebermanfaatan. Banyak jika saya sebutkan satu per satu.
Bersama Mas Dharma Setiawan yang juga seorang pengajar, saya yakin almarhumah adalah tipe pemikir dan eksekutornya adalah Mas Dharma. Seorang nahkoda yang tangguh pasti didampingi navigator berpengalaman. Karena badai, bisa datang kapan saja.
Meskipun saya jarang sekali berinteraksi dengan Mbak Hifni, tapi dalam beberapa kesempatan saya berkegiatan di Payungi, beliau selalu mengamati dan mengapresiasi. Sejatinya guru yang bijaksana, tak ujuk-ujuk menginterupsi atau mengoreksi, kepada diri kita yang masih haus ilmu dan pengalaman ini.
Ada yang mati tapi menang dan ada yang hidup tapi kalah. Membaca ini rasanya seperti ditampar tangan dua. Hidup saya tidak ada apa-apanya dibandingkan beliau berdua, Mas Dharma dan Almarhumah Mbak Hifni.
Sebuah tamparan dan refleksi diri buat saya yang masih hidup. Badan ini, jauh dari kata bermanfaat. Haha hihi haha hihi, selama ini mungkin saja hidup saya sia-sia. Jangan jangan, hidup saya ini masih kalah dan nanti mati juga tetap dalam keadaan kalah.
Saya takut.
Hidup dalam keadaan kalah, dan mati dalam keadaan kalah.
Raden Yusuf

Discussion about this post